Faktanya: Ukuran virus HIV lebih kecil daripada pori-pori kondom.
Baca:
Meski penularan virus HIV/AIDS, bisa terjadi lewat transfusi darah, jarum suntik dan bayi melalui tali pusat ibu, namun penularan terbanyak melalui perzinaan.
Dijelaskan oleh psikiater Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari (63), dalam seminar tentang HIV/AIDS di Fakultas Kedokteran UI, belum lama ini, konsentrasi virus HIV/AIDS terbanyak terdapat pada cairan liang senggama, sperma dan darah.
?Untuk menghindari tertular dari virus HIV/AIDS, hendaknya hindari perbuatan yang mengarah pada perzinaan, misalnya pornografi, dan juga perzinaan itu sendiri, seperti pelacuran, homoseksual dan seks bebas,? tegas Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Dilanjutkannya, provokator penularan HIV/AIDS adalah perzinaan sebagai akibat dari pornografi. Pelacuran yang semakin di organisir, pola hidup seks bebas serta penyimpangan seks seperti; kekerasan seksual (pemerkosaan); pelecehan seksual dan perilaku homoseksual, ditambah lagi penggunaan NAZA (Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif).
Penelitian membuktikan penyakit AIDS ditularkan 95,7% melalui perzinaan/pelacuran termasuk perilaku homoseksual dan seks bebas. Oleh sebab itu, AIDS dikatakan sebagai penyakit kelamin.
Perihal pemakaian kondom untuk perzinaan, tidak 100% aman, hanya mengurangi risiko penularan (risiko penularan mencapai 30%, dengan catatan kalau kondom itu tidak bocor).
Hal ini disebabkan material kondom mengandung beberapa kelemahan seperti:
? Bahan kondom terbuat dari karet (latex) yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan polimerisasi; yang berarti berserat dan berpori bagaikan tenunan kain.
? Pori-pori kondom dan virus HIV/AIDS hanya dapat dilihat melalui elektron mikroskop.
? Besarnya pori-pori kondom dalam keadaan tidak meregang 1/60 mikron, kalau meregang 10 kali lebih besar.
? Kecilnya virus HIV/AIDS 1/250 mikron.
? Sperma dapat dilihat dengan mikroskop biasa, sedangkan virus HIV/AIDS harus dilihat dengan elektron mikroskop.
Seharusnya ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk pembuatan kondom oleh pabrik, seperti:
? Jumlah cacat lubang kecil mikroskopis (pinholes) maksimum 0,4% berdasarkan uji kebocoran dengan pengisian 30 ml air pada suhu kamar.
? Memenuhi standar ASTMD3492-83.
? Luas kondom 80 cm2
? Jumlah pinholes maksimum 0,4% x 80 cm2 = 4/1.000 x 8.000 mm2 = 32 mm2.
? Satu buah pinhole kalau lubangnya berdiameter 0,01 mm atau 10 mikron, maka banyaknya pinholes dalam 1 kondom ada 3.200 buah. Dan kalau diameter pinholes 1 mikron, maka akan terdapat 32.000 pinholes per kondom.
Saat ini, kegagalan penggunaan kondom untuk KB mencapai 20%. Di Indonesia setiap tahunnya terdapat 3,5 juta kehamilan yang tidak diinginkan, 60% diantaranya minta diaborsi.
Apabila efektifitas kondom untuk KB saja tidak 100% aman, apalagi untuk mencegah penularan HIV/AIDS
Baca:
Meski penularan virus HIV/AIDS, bisa terjadi lewat transfusi darah, jarum suntik dan bayi melalui tali pusat ibu, namun penularan terbanyak melalui perzinaan.
Dijelaskan oleh psikiater Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari (63), dalam seminar tentang HIV/AIDS di Fakultas Kedokteran UI, belum lama ini, konsentrasi virus HIV/AIDS terbanyak terdapat pada cairan liang senggama, sperma dan darah.
?Untuk menghindari tertular dari virus HIV/AIDS, hendaknya hindari perbuatan yang mengarah pada perzinaan, misalnya pornografi, dan juga perzinaan itu sendiri, seperti pelacuran, homoseksual dan seks bebas,? tegas Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Dilanjutkannya, provokator penularan HIV/AIDS adalah perzinaan sebagai akibat dari pornografi. Pelacuran yang semakin di organisir, pola hidup seks bebas serta penyimpangan seks seperti; kekerasan seksual (pemerkosaan); pelecehan seksual dan perilaku homoseksual, ditambah lagi penggunaan NAZA (Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif).
Penelitian membuktikan penyakit AIDS ditularkan 95,7% melalui perzinaan/pelacuran termasuk perilaku homoseksual dan seks bebas. Oleh sebab itu, AIDS dikatakan sebagai penyakit kelamin.
Perihal pemakaian kondom untuk perzinaan, tidak 100% aman, hanya mengurangi risiko penularan (risiko penularan mencapai 30%, dengan catatan kalau kondom itu tidak bocor).
Hal ini disebabkan material kondom mengandung beberapa kelemahan seperti:
? Bahan kondom terbuat dari karet (latex) yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan polimerisasi; yang berarti berserat dan berpori bagaikan tenunan kain.
? Pori-pori kondom dan virus HIV/AIDS hanya dapat dilihat melalui elektron mikroskop.
? Besarnya pori-pori kondom dalam keadaan tidak meregang 1/60 mikron, kalau meregang 10 kali lebih besar.
? Kecilnya virus HIV/AIDS 1/250 mikron.
? Sperma dapat dilihat dengan mikroskop biasa, sedangkan virus HIV/AIDS harus dilihat dengan elektron mikroskop.
Seharusnya ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk pembuatan kondom oleh pabrik, seperti:
? Jumlah cacat lubang kecil mikroskopis (pinholes) maksimum 0,4% berdasarkan uji kebocoran dengan pengisian 30 ml air pada suhu kamar.
? Memenuhi standar ASTMD3492-83.
? Luas kondom 80 cm2
? Jumlah pinholes maksimum 0,4% x 80 cm2 = 4/1.000 x 8.000 mm2 = 32 mm2.
? Satu buah pinhole kalau lubangnya berdiameter 0,01 mm atau 10 mikron, maka banyaknya pinholes dalam 1 kondom ada 3.200 buah. Dan kalau diameter pinholes 1 mikron, maka akan terdapat 32.000 pinholes per kondom.
Saat ini, kegagalan penggunaan kondom untuk KB mencapai 20%. Di Indonesia setiap tahunnya terdapat 3,5 juta kehamilan yang tidak diinginkan, 60% diantaranya minta diaborsi.
Apabila efektifitas kondom untuk KB saja tidak 100% aman, apalagi untuk mencegah penularan HIV/AIDS
|